Dedicated to BOROBUDUR
Lalitavistara (Kiprah Semesta)
Saat itu, Bodhisattva Mahasattva Maitreya berkata kepada Bhagavan: “Bhagavan, para Bodhisattva Mahasattva ini, yang bersemayam di sepuluh penjuru ingin mendengarkan secara langsung darimu, ingin belajar bagaimana Engkau memutar Roda Dharma. Oleh karena itu, Bhagavan, mohon berbaik hati menerangkan roda seperti apa yang disebut Roda Dharma, yang telah diputar oleh Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha.”
Bhagavan menjawab: “Maitreya, Roda Dharma adalah mendalam karena tidak dapat dipahami secara intelektual. Roda ini sulit dilihat karena tidak ‘berbelah.’ Roda ini sulit dipahami karena bukan objek analisa konseptual. Roda ini sulit dimengerti karena berhubungan dengan kesamaan antara
jnana dan
vijnana.”
“Roda ini tanpa cemaran karena menghantar pada pencapaian pembebasan, yang bebas dari halangan apa pun. Roda ini halus karena tak dapat dicontoh. Roda ini sangat penting karena menghantar pada pencapaian pengetahuan (
jnana) yang bagaikan vajra. Roda ini tak terhancurkan karena sudah ada sebelum diputar.”
“Roda ini tanpa elaborasi mental karena
shunya dari sumber pemikiran konseptual. Roda ini tidak terganggu karena kekokohannya tak terhingga. Roda ini meliputi semua karena seperti angkasa.”
“Maitreya, Roda Dharma ini memiliki sifat keberadaan dari semua pengalaman (
dharma). Roda ini memiliki daya untuk mengajar. Roda yang melampaui kelahiran, pemberhentian, dan ketahanan. Roda yang tanpa landasan apa pun. Itu adalah roda Dharma yang sepenuhnya nonkonseptual.”
“Itu adalah roda
shunyata (
śūnyatā), roda tanpa tanda (
animitta), roda tanpa keinginan (
apraṇihita). Itu adalah roda tak terkondisi (
anabhisaṃskāra), roda keheningan (
viveka), roda tanpa
raga (
virāga), roda pemberhentian (
virodha), dan roda yang terintegrasi dengan
citta tergugah Tathagata (
tathāgatānubodha).”
“Itu adalah roda tanpa kebingungan mengenai Dharmadhatu, roda yang tidak goyah mengenai ‘batas makhluk mengenal realita’ (
bhutakoti). Itu adalah roda tanpa keterikatan dan halangan. Itu adalah roda yang bebas dari dua pandangan buntu mengenai kesalingterkaitan. Itu adalah roda tanpa gangguan dalam Dharmadhatu, yang melampaui pusat dan tepi.”
“Itu adalah roda aktivitas Tathagata yang tanpa daya upaya dan tak terhentikan (
anābhogabuddhakāryapratipraśrabdha). Itu adalah roda yang melampaui aktivitas dan tanpa aktivitas (
apravṛtyabhinirvṛtti). Roda yang sepenuhnya tak dapat ditangkap dengan konsep (
atyantānupalabdhi). Roda yang melampaui upaya dan tanpa upaya (
anāyūhāniryūha). Roda yang seperti sifat pengalaman (
anabhilāpya). Itu adalah roda memasuki kesamaan semua pengalaman dalam lingkup tunggal (
kaviṣayasarvadharma-samatāvatāra).”
“Itu adalah roda yang tak pernah mundur dan terus-menerus melimpahkan bimbingan dan adhisthana kepada para makhluk yang tidak bebas (
akṣaṇasattvavinayādhiṣṭhāna-pratyudāvartya). Itu adalah roda yang memasuki jalan kenyataan tertinggi, yang tidak ‘berbelah’ (
akṣaṇasattvavinayādhiṣṭhānapratyudāvartya). Itu adalah roda yang benar-benar meliputi Dharmadhatu (
dharmadhātusamavasaraṇa). Roda ini tak terukur karena melampaui segala batasan.”
“Roda ini tak dapat dirinci satu per satu (
asaṃkhyeya) karena melampaui sesuatu yang dapat dihitung. Roda ini tak terbayang (
acintya) karena melampaui alam konsep. Roda ini tak terbandingkan (
atulya) karena melampaui kesamaan. Roda ini tak terungkapkan (
anabhilāpya) karena melampaui semua ungkapan kata-kata.”
“Roda ini tak dapat diukur. Tak dapat dicontoh karena melampaui semua contoh. Roda ini seperti angkasa; tidak berhenti, juga tidak permanen. Kesalingterkaitan tidak akan menggoyahkan kedamaiannya; roda ini sepenuhnya damai. Roda ini adalah realitas itu sendiri. Sifat keberadaannya tidak lain dari itu, tidak seperti itu, juga bukan tidak seperti itu.”
“Roda ini membabar bahasa yang dimengerti oleh semua makhluk. Menghancurkan semua kekuatan Mara dan menaklukkan para Tirthika. Roda ini merupakan jalan keluar dari samsara. Roda ini adalah memasuki lingkup Buddha. Roda ini dipahami oleh para Arya dan direalisasi oleh para Pratyekabuddha. Roda ini dirangkul oleh para Bodhisattva. Roda ini dipuji oleh semua Buddha. Roda ini tak terpisahkan dari semua Tathagata.”
“Maitreya, demikianlah Roda Dharma yang diputar oleh Tathagata. Hanya ketika Tathagata memutar roda demikian maka beliau disebut Tathagata … disebut Samyaksambuddha.”